Rabu, 21 Januari 2009

foto

Senin, 19 Januari 2009


MENJADI GURU PROFESIONAL

Profesionalisme adalah sikap seorang “propesional” atau “profi”. Menjadi profi merupakan idaman banyak orang muda (anak muda) zaman sekarang, terutama para guru muda sekarang ini. Guru ialah orang yang digugu, ditiru, dituakan dan dijadikan contoh di masyarakat. Guru sering dijadikan sebagai contoh oleh masyarakat. Guru yang tugasnya mendidik anak-anak bangsa baik secara formal maupun non formal. Proses pendidikan yang diajarkan ialah proses pencarian dalam diri peserta didik (siswa) siapa dia, proses pencarian dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Guru juga diharapkan berperan serta dalam masyarakat menjadi pembaharu bagi masyarakat, dalam artian mengajarkan masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi generasi muda, sehingga terbuka mata hati para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya. Guru juga sebagai penyampai informasi terkini kepada masyarakat disekitarnya.

Profesionalisame selalu mengacu pada salah satu bidang pekerjaan atau tugas. Dalam hal ini pekerjaan sebagai guru yang berhubungan dengan manusia secara langsung (peserta didik) memerlukan seorang yang profesional di bidangnya. Profesional berarti; melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok, sebagai “profesi” jadi bukan sebagai hobi. Profesional itu berbau sukses, dia menuntut orang yang kompeten dan efisien, dengan kemampuan untuk bekerja keras, tetapi sekaligus menikmatinya. Jadi yang kerasan dalam pekerjaannya tidak bermalas-malasan, tidak suka bersantai, tidak menunda-nunda pekerjaan seenaknya bukan orang yang menerapkan pepatah orang jawa “alon-alon asal klakon” karena orang yang sebagaimana disebutkan bukanlah seorang profi). Guru yang profesional ialah guru yang terus menambah ilmunya dari luar, tidak mengajarkan bahan pelajaran yang itu-itu saja dari tahun-tahun sebelumnya tanpa ada penambahan bahan. Murid diberikan tugas yang berkaitan dengan masalah-masalah yang berkembang di masyarakat saat ini sehingga murid tersebut tertarik. Untuk itu guru juga harus belajar sama seperti muridnya. Mengutip pendapat Paulo Preire bahwa pendidikan “gaya bank” tidak tepat untuk diterapkan kepada murid. Pendidikan gaya bank menganggap murid ibarat buku tabungan yang kosong sehingga dapat diisi oleh para nasabah sesuka hatinya. Pendidikan yang baik ialah pendidikan “hadap masalah” dimana peserta didik dilatih untuk menganalisis suatu masalah, peserta didik ikut aktif berperan serta tidak hanya menerima semua. Peserta didik bebas mengeluarkan argumen yang ia miliki menggapi suatu permasalahan. Untuk itu maka dibutuhkan seorang guru yang memang profesional agar tidak tertinggal dari murid-muridnya.

Profesionalisme juga mensugetikan bahwa orangnya bersifat pragmatis, tidak dipengaruhi oleh profesinya oleh pandangan-pandangan religius atau ideologis. Tidak terganggu oleh hubungan keluarganya dan pribadinya. Guru yang profesional tidak mengaitkan antara urusan pribadinya dengan peserra didiknya terutama di dalam proses belajar-mengajar. Profesionalisme berarti bahwa tidak ada “masalah” yang tidak dapat dipecahkan. Seorang profesional percaya diri atau self confident.

Profesionalisme bukan sebuah sifat terpisah dari kepribadian yang dapat kita parkir dalam garasi apabila sudah pulang ke keluarga kita dan baru kita bawa apabila ketempat pekerjaan. Profesionalisme adalah sikap dan kemapuan yang erat sekali hubungannya dengan struktur seluruh kepribadiaan seorang guru. Karakter atau watak kita untuk sebagian besar menentukan apakah kita dapat bersikap secara profesional atau tidak.

CREATED BY IMAN

SEKRETARIS EKSEKUTIF Serikat Guru Indonesia (SeGI)

KOTA MEDAN

GORETAN PENA IMAN


MAHASISWA ANTARA IDEALISME DAN REALITAS

Perguruan Tinggi merupakan lembaga formal tertinggi jenjang pendidikan yang terdapat di Indonesia. Perguruan Tinggi tempat menggodok (wadah) bagi para peserta didik yang menimba ilmu di sana. Peserta didik yang telah menginjak perguruan tinggi biasanya disebut dengan mahasiswa. Mahasiswa ialah orang yang satu tingkat lebih tinggi di atas siswa yang pada umumnya belajar Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas yang sederajat. Orang-orang yang telah duduk di bangku kuliah perguruan tinggi atau mahasiswa merupakan orang-orang pilihan, karena mereka merupakan orang yang telah berhasil lulus dalam seleksi diantara ribuan orang yang mendambakan dirinya untuk duduk diperguruan tinggi.

Mahasiswa dapat diartikan ialah orang-orang yang terdaptar disuatu perguruan tingg dan mengikuti proses pembelajaran di dalamnya. Proses pembelajaran tersebut dapat diperoleh di bangku kuliah, maupun di luar bangku kuliah diorganisasi misalnya: Himpunan Mahasiswa Islam, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Forum Mahasiswa Nasional, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan organisasi mahasiswa lainnya baik yang ada di Internal kampus maupun yang ada di ekternal kampus, semuanya tidak mungkin dituliskan disini satu persatu.

Secara kasar Perguruan Tinggi menghasilkan ataupun tidak menghasilkan dua perubahan pada diri mahasiswa. Pertama ia memberi kepadanya suatu pengetahuan dan keterampilan di bidang tertentu. Kedua mau tidak mau mahasiswa sebagai manusia pun dibentuk oleh universitas ke arah positif atau kearah negatif.

Seorang mahasiswa yang tela digodok atau berproses di kampus biasanya akan menjadi manusia dewasa yang arif dan bijaksana, apalagi jika ia mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi di sela-sela perkuliahannya. Mahasiswa yang telah dewasa tentu akan memiliki ide-ide kreatif dalam pola pemikirannya. Ide-ide tersebut dapat berupa ide pengembangan diri kearah yang lebih baik, ide untuk membangun kampus tempat ia kuliah bahkan dapt juga ide untuk membangun bangsa dan negara ini kearah yang lebih baik. Mahasiswa harus dapat mengeluarkan sebuah ide barulah ia dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang kreatif dan inovaif, tidak seperti mahasiswa kebanyakan yang hanya mengikuti kuliah saja.

Ide merupakan sebuah gagasan atau konsep mengenai apa yang dilihat dan diamati. Biasanya ide itu terlahir dari interaksi yang terjadi dengan dunia luar. Jadi semakin banyak seorang mahasiswa berinteraksi dengan dunia luar maka kemungkinan besar dia akan memiliki banyak ide.

Dunia luar atau masyarakat merupakan suatu kenyataan (realitas) dunia yang sebenarnya. Realitas tidak hanya sebatas konsep pemikiran yang bersifat abstrak belum terwujud, tetapi konsep ialah apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat, lingkungan dan bersifat konkrit. Mahasiswa sebagai pencetus ide sebaiknya harus bisa menyesuaikan idenya dengan realitas yang ada. Ide harus bisa diterapkan dan dikembangkan dalam dunia realita .Jadi seorang mahasiswa harus bisa mensetarakan antara ide yang ia miliki dengan dunia realita yang ia hadapi sehingga tidak terjadi ketimpangan. Ketimpangan antara idealisme dan realita dapat mengakibatkan gejolak yang besar dan mendalam dalam diri seorang mahasiswa. Gejolak yang besar dapat menyebabkan mahasiswa kehilangan kontrol akan dirinya.

CREATED BY IMAN

GORETAN PENA

MAHASISWA ANTARA IDEALISME DAN REALITAS

Perguruan Tinggi merupakan lembaga formal tertinggi jenjang pendidikan yang terdapat di Indonesia. Perguruan Tinggi tempat menggodok (wadah) bagi para peserta didik yang menimba ilmu di sana. Peserta didik yang telah menginjak perguruan tinggi biasanya disebut dengan mahasiswa. Mahasiswa ialah orang yang satu tingkat lebih tinggi di atas siswa yang pada umumnya belajar Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas yang sederajat. Orang-orang yang telah duduk di bangku kuliah perguruan tinggi atau mahasiswa merupakan orang-orang pilihan, karena mereka merupakan orang yang telah berhasil lulus dalam seleksi diantara ribuan orang yang mendambakan dirinya untuk duduk diperguruan tinggi.

Mahasiswa dapat diartikan ialah orang-orang yang terdaptar disuatu perguruan tingg dan mengikuti proses pembelajaran di dalamnya. Proses pembelajaran tersebut dapat diperoleh di bangku kuliah, maupun di luar bangku kuliah diorganisasi misalnya: Himpunan Mahasiswa Islam, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, Forum Mahasiswa Nasional, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia dan organisasi mahasiswa lainnya baik yang ada di Internal kampus maupun yang ada di ekternal kampus, semuanya tidak mungkin dituliskan disini satu persatu.

Secara kasar Perguruan Tinggi menghasilkan ataupun tidak menghasilkan dua perubahan pada diri mahasiswa. Pertama ia memberi kepadanya suatu pengetahuan dan keterampilan di bidang tertentu. Kedua mau tidak mau mahasiswa sebagai manusia pun dibentuk oleh universitas ke arah positif atau kearah negatif.

Seorang mahasiswa yang tela digodok atau berproses di kampus biasanya akan menjadi manusia dewasa yang arif dan bijaksana, apalagi jika ia mengikuti kegiatan-kegiatan organisasi di sela-sela perkuliahannya. Mahasiswa yang telah dewasa tentu akan memiliki ide-ide kreatif dalam pola pemikirannya. Ide-ide tersebut dapat berupa ide pengembangan diri kearah yang lebih baik, ide untuk membangun kampus tempat ia kuliah bahkan dapt juga ide untuk membangun bangsa dan negara ini kearah yang lebih baik. Mahasiswa harus dapat mengeluarkan sebuah ide barulah ia dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang kreatif dan inovaif, tidak seperti mahasiswa kebanyakan yang hanya mengikuti kuliah saja.

Ide merupakan sebuah gagasan atau konsep mengenai apa yang dilihat dan diamati. Biasanya ide itu terlahir dari interaksi yang terjadi dengan dunia luar. Jadi semakin banyak seorang mahasiswa berinteraksi dengan dunia luar maka kemungkinan besar dia akan memiliki banyak ide.

Dunia luar atau masyarakat merupakan suatu kenyataan (realitas) dunia yang sebenarnya. Realitas tidak hanya sebatas konsep pemikiran yang bersifat abstrak belum terwujud, tetapi konsep ialah apa yang sebenarnya terjadi di masyarakat, lingkungan dan bersifat konkrit. Mahasiswa sebagai pencetus ide sebaiknya harus bisa menyesuaikan idenya dengan realitas yang ada. Ide harus bisa diterapkan dan dikembangkan dalam dunia realita .Jadi seorang mahasiswa harus bisa mensetarakan antara ide yang ia miliki dengan dunia realita yang ia hadapi sehingga tidak terjadi ketimpangan. Ketimpangan antara idealisme dan realita dapat mengakibatkan gejolak yang besar dan mendalam dalam diri seorang mahasiswa. Gejolak yang besar dapat menyebabkan mahasiswa kehilangan kontrol akan dirinya.

YAKIN USAHA SAMPAI

Senin, 12 Januari 2009

kegiatan


qw dan teman2 PEMA FIS lagi studi wisata ke Gunung Sibayak setelah melaksanakan seminar nasional dengan tema "Satu Abad Kebangkitan Nasional,Refleksi Dunia Pendidikan Indonesia". Pada tanggal 20 mei 2008 di gedung H.Anif UNIMED. kegiatan yang dihadiri 600 peserta dari berbagai golongan dan instansi, mahasiswa dan guru.
Pembicara:
1. Sejarawan UGM
2. Rektor UNINED (Drs. Syawal Gultom M.Pd)
3. Kepala Dinas Pendidikan PemProv SU
4. Koordinator LSM SAHdaR (Bang Faisal)

Minggu, 11 Januari 2009

MAKNA BELAJAR SEJARAH


Pelajaran ilmu sejarah seringkali menjadi pelajaran yang membosankan. Pembelajran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkapkan kembali saat menjawab soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat dapat dimungkiri, karena memang masih terjadi sampai sekarang. Akibatnya, pelajaran sejarah kurang diminati dan dianggap sebagai pelajaran kering makna. Padahal, pembelajaran sejatinya memiliki peranan yang strategis, yakni menjadikan anak didik mempu mengenal jati dirinya melalui penemuan nilai-nilai positif yang harus diteladani dan nilai-nilai negatif yang harus ditinggalkan.

Keringnya makna pembelajaran sejarah bagi peserta didik tidak lepas dari permasalahan pembelajaran sejarah yang kompleks menyangkut komponen sistim pembelajaran. Guru atau dosen sejarah waktu mengajar sejarah umumnya cenderung menyajikan sederet data yang berisi nama, tanggal dan kejadian yang serba tidak berarti. Anak didik jarang diajak melakukan interpretasi dan mengungkap makna dibalik peristiwa sejarah. Proses pembelajaran masih bersifat informatif kurang memperhatikan daya nalarr dan tidak mengajak anak didik berfikir kritis.

Unsur pembelajaran dan pendidikan intelektual pembelajaran sejarah tidak hanya memberikan gambaran masa lampau, tetapi juga memberikan latihan berfikir kritis, menarik kesimpulan, menarik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajari. Latihan berfikir kritis dilakukan dengan pendekatan analitis, salah satunya menjawab pertanyaan ”mengapa” (why) dan ”bagaimana” (how) dapat melatih siswa berfikir ktitis dan analitis, berbeda dengan bentuk pertanyaan ”siapa” (who), ”apa” (what), ”dimana” (where) dan ”kapan” (when). Pertanyaan seperti ini hanya akan membuat siswa malas berfikir, saat ujian hanya tinggal memindahkan isi buku kedalam lembar jawaban.

Pembelajaran sejarah harus dapat menumbuhkan sikap untuk belajar dan problem oriented tidak hanya didasarkan pada baaimana memperoleh pengetahuan (how to know) tetapi ”bagaimana harus mengetahui” (to know how to know). Melalui pelajaran sejarah kita hendaknya dirangsang untuk mengenali dan mengkaji peristiwa sejarah secara utuh, dengan melakukan restruakrisasi pengetahuan dan kesadaran yang dimiliki.

Ditulis oleh

GUBERNUR PEMA FIS UNIMED

PERIODE 2008-2009

sejarah kebudayaan


makalah gw

ROHANIAWAN, CENDIKIAWAN DAN BUDAYAWAN, PERAN DAN PARTISIPASINYA DALAM PERBAIKAN MORAL BANGSA

Struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirinya yang bersifat unik. Secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatu-kesatuan social berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat serta perbedaan-perbedaan kedaerahan. Secara vertical struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertical antara lapisan atas dan lapisan bawah.

Perbedaan-perbedaan suku bangsa, perbedaan agama, adat dan kedaerahan sering kali disebut sebagai cirri masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk, suatu istilah yang mula-mula sekali diperkenalkan oleh Indonesia pada masa Hindia-Belanda.

Menurut Dr. Nasikum (1991;36) Cliford Geertz, mengatakan masyarakat majemuk adalah merupakan masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub system yang kurang lebih berdiri sendiri-sendir, dalam mana masing-masing sub system terikat kedalam oleh ikatan-ikatan yang bersifat primoedial.

Kemajemukan masyarakat Indonesia menyebabkan mudahnya pengaruh dari budaya luar masuk dan berkembang di Indonesia. Saat ini, moal bangsa Indonesia sudah mulai memprihatinkan akibat dari masuk dan berkembangnya budaya-budaya barat. Budaya yang masuk tersebut taidak melalui filterisasi. Memang tidak semua budaya barrat itu jelek, namun yang berkembang di Indonesia justru yang jelek-jeleknya.

Ini semua tidal terlepas dari pengaruh modernisasi dan westernisasi. Westernisasi banyak berkembang dikalangan kaum muda, sangat terlihat dengan jelas pada gaya berpakaian generasi muda saat ini yang cenderung memperlihatkan bagian tubuhnya yang seharusnya di tutupi. Sikap tingkah laku yang tidak peduli terhadap lingkungan, orang tua dan sejawatnya, sifat konsumerisme yang tingggi, sopan santun yang kurang, bahkan sampai pada sex bebas dan penggunaan narkotika serta obat-obatan terlarang. Hal ini tentunya sangat mengganggu perkembangan generasi muda kedepan yang juga berpengaruh pada masa depan bangsa. Saat ini saja jelas terlihat pada sikap dan prilaku pejabat birokrat yang doyan korupsi, kolusi dan nepotisme. Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada kepentingan orang banyak.

Ini merupakan bagian dari Perubahan masyarakat yang merupakan kenyataan yang dibuktikan oleh gejala-gejala seperti; adanya prustasi dan apati (kelumpuhan mental), pertantangan dan perbedaan pandapat mengenai norma-norma susila yang sebelumnya diangap mutlak, adanya pendapat generation gap (jurang pengertian antar generasi) dan lain-lain. Memang ada tidaknya suatu perubahan masyarakat yaitu terganggunya keseimbangan (equilibrium) antara social (social units) dalam masyarakat, hanya dapat dilihat melalui gejala-gejala ini.

Banyak perubahan masyarakat, yaitu antara lain ilmu pengetahuan (mental manusia), kemudian teknologi serta penggunaanya oleh masyarakat, komunikasi dan transport, urbanisasi, perubahan/peningkatan harapan dan tuntutan manusia (rising demands), semua ini mempengaruhi dan mempunyai akibat terhadap masyarakat melalui kejutan dan karenanya tejadilah perubahan masyarakat yang biasanya disebut social change.

Namun dari segala kemerosotan yang terjadi masih ada upaya dari kalangan rohaniawan seperti KH Abdullah Gymnastiar, cendekiawan saperti Dr. Ary Ginanjar, budayawa Aswendo seperti Atmowiloto yang masih memperhatikan moral bangsa dan melakukan usaha-usaha menuju perbaikan.

KH Abdullah Gymnastiar mengeluarkan istilah 3M yakni mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, dan mulai saat ini, serta gerakan GeMa NuSa (Gerakan Membangun Bangsa) tujuannya untuk membangun kembali hati nurani dan moral seluruh elemen bangsa sehingga diharapakan prilaku-perilaku menyimpang dapat sedikit demi sedikit diminimalisir.

Dr. Ary Ginanjar Agustin banyak melakukan terobosan guna perbaikan moral bangsa melalui suatu kegiatan ESQ (Emotioinal Spirit Quetion). Aswendi Anto Milato banyak melakukan terobosan di media cetak melalui tulisan-tulisannya yang mengkritik sikap dan sifat budaya kita yang telah banyak menyimpang.

Tetapi meskipun telah banyak upaya yang telah dilakukan oleh rohaniawan, cendikiawan, budayawan tetap tak berarti apa-apa jika kita tidak mengambil hikmah dari apa yang telah mereka sampaikan maupun yang ditulisdi media cetak. Perbaikan moral yang baik adalah perbaikan yang dimulai dari sendiri baru kepada oang sekitar dan selanjutnya menuju kepada perbaikan bangsa.

Kroeber secara jelas mengkaji tentang perilaku individu melalui kebudayaanya. Perbedaan rancangan-rancangan kehidupan setiap indiviu ditunjukkan oleh pembudayaan persepsi, pengalaman da sikapnya. Usaha individu untuk melakukan sosialisasi dan mengakomodasi pandangan hidup masyarakatnya akan relative mudah bila ia terlibat dalam proses interaksi social. Proses ini disebut juga dengan effect of culture upon the individual. Pengaruh kebudayaan erhadap dinamika kehidupan seseorang tidak pernah searah, tetapi bersifat kompleks.

Hubungan antara kebudayaan dengan individu bukan bersifat sepihak, namun keduanya memiliki pengaruh yang timbal balik. Kebudayaan mempengaruhi seseorang dengan kekuatan yang terarah da menciptakan konstalasi kehidupan masyarakat yang stabil. Sebaliknya, masyarakat sendiri membuat kebudayaan yang eksistensinya dan dinamikanya ber-kesinambungan, serta membuat kebudayaan sebagai warisan social. Seseorang pun mampu mempengaruhi kebudayaan, yang memberikan, yang memberikan dorongan dan peluang untuk terjadinya perubahan social.

Kebudayaan masyarakat berisikan seperangkat nilai yang digunakan utuk memahami dan memberikan makn terhadap gejala-gejala atau unsur-unsur lingkungan masyarakat yang bersangkutab.

Kebudayaan juga digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul dari interaksi antara manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan lingkungannya. Isi kebudayaan secara esensial meliputi sejimulah nilai yang bersifat universa, yakni segenap sisi kehidupan makhluk manusia di planet bumi ini, misalnya nilai-nilai yang erat hubungannya dengan kebutuhan biologis, pendidikan dan ilmu pengetahuan, organisasi, estetika, ihkwal kesucian dan nilai-nilai yang erat hubungan dengan system symbol bahasa.

Untuk mencapai integarasi nasional menurut Weiner (1972) ada dua pendekatan yaitu; pertama, menghapuskan sifat-sifat cultural dari komunitas-komunitas yang berbeda menjadi kebudayaan nasional, kedua penciptaan kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaan-kebudayaan kecil, yakni yang diebut dengan symbol budaya Bhineka Tunggal Ika. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Koentjaraningrat (1993) dan Kartodirjo (1994) Negara mutietnik seperti Indonesia dan India memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa sebaiknya tidak menghilangkan kebudayaan-kebudayaan suku bangsa, tetapi dengan upaya memajukan kebudayaan nasional dan ideology nasional. Berdasarkan penelitian Koentjaraningrat, loyalitas kepada etnik dan loyalitas kepada nasional mendominasi dua bidang kehidupan umum. Dengan demikian, dua loyalitas tersebut justru saling melengkapi dari pada salin bersaing atau saling terlibat konfliks.

harapan anak bangsa

aq seorang mahasiswa di jurusan pendidikan sejarah fakultas ilmu sosial UNIMED