Minggu, 11 Januari 2009

MAKNA BELAJAR SEJARAH


Pelajaran ilmu sejarah seringkali menjadi pelajaran yang membosankan. Pembelajran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan urutan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkapkan kembali saat menjawab soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat dapat dimungkiri, karena memang masih terjadi sampai sekarang. Akibatnya, pelajaran sejarah kurang diminati dan dianggap sebagai pelajaran kering makna. Padahal, pembelajaran sejatinya memiliki peranan yang strategis, yakni menjadikan anak didik mempu mengenal jati dirinya melalui penemuan nilai-nilai positif yang harus diteladani dan nilai-nilai negatif yang harus ditinggalkan.

Keringnya makna pembelajaran sejarah bagi peserta didik tidak lepas dari permasalahan pembelajaran sejarah yang kompleks menyangkut komponen sistim pembelajaran. Guru atau dosen sejarah waktu mengajar sejarah umumnya cenderung menyajikan sederet data yang berisi nama, tanggal dan kejadian yang serba tidak berarti. Anak didik jarang diajak melakukan interpretasi dan mengungkap makna dibalik peristiwa sejarah. Proses pembelajaran masih bersifat informatif kurang memperhatikan daya nalarr dan tidak mengajak anak didik berfikir kritis.

Unsur pembelajaran dan pendidikan intelektual pembelajaran sejarah tidak hanya memberikan gambaran masa lampau, tetapi juga memberikan latihan berfikir kritis, menarik kesimpulan, menarik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajari. Latihan berfikir kritis dilakukan dengan pendekatan analitis, salah satunya menjawab pertanyaan ”mengapa” (why) dan ”bagaimana” (how) dapat melatih siswa berfikir ktitis dan analitis, berbeda dengan bentuk pertanyaan ”siapa” (who), ”apa” (what), ”dimana” (where) dan ”kapan” (when). Pertanyaan seperti ini hanya akan membuat siswa malas berfikir, saat ujian hanya tinggal memindahkan isi buku kedalam lembar jawaban.

Pembelajaran sejarah harus dapat menumbuhkan sikap untuk belajar dan problem oriented tidak hanya didasarkan pada baaimana memperoleh pengetahuan (how to know) tetapi ”bagaimana harus mengetahui” (to know how to know). Melalui pelajaran sejarah kita hendaknya dirangsang untuk mengenali dan mengkaji peristiwa sejarah secara utuh, dengan melakukan restruakrisasi pengetahuan dan kesadaran yang dimiliki.

Ditulis oleh

GUBERNUR PEMA FIS UNIMED

PERIODE 2008-2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar